DISUSUN OLEH :
- ADITYA HENDRA WIJAYA
- DEVI ZULHIJJAH
- ELTANIN VANRIRI
- GABRIEL PRASUCIPTO
- M.HAROEN AL-RASYID
- NURMAIDA RAHMA
- RIZKIYAH DEWANTI
- PANJI TAWAKAL
TEKANAN EKONOMI DI PUSAT KOTA
Motto
1. Kemiskinan jangan dijadikan suatu hambatan untuk menjalani hidup.
2. Teruslah berusaha untuk menggapai impian dan keinginan.
3. Selalu optimis dan semangat dalam menjalani kehidupan.
Lembar Pengesahan oleh:Bekasi, 28 Februari 2011 ,Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kata Pengantar
Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini.
Kami membuat karya tulis ini semata-mata untuk mempelajari kehidupan social masyarakat yang kurang beruntung sehingga kami menghargai kehidupan yang kami miliki sekarang. Namun dengan keterbatasan sumber yang kami butuhkan, membuat selisih pendapat diantara kami. Namun semua itu dapat kami selesaikan dengan semangat dan tanggung jawab.
Kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis kami di masa datang. Sehingga semoga karya tulis berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah untuk menbenahi perekonomian di Indonesia yang masih berkembang agar menjadi negara dengan perekonomian yang maju.
Penulis,
Abstraksi
Perekonomian Indonesia memiliki keterkaitan dengan berbagai macam bidang, terutama dalam bidang pekerjaan. Mayoritas pekerjaan yang sangat berhubungan dengan hal ini yaitu perusahaan – perusahaan yang bekerja pada masalah ekspor – impor dan perusahaan–perusahaan yang terdaftar dalam BEI. Namun dalam karya tulis ilmiah ini, akan lebih membahas tentang hubungan dan pengaruh pekerjaan orang – orang yang kurang beruntung yang mengadu nasibnya di pinggiran jalan, contohnya pekerjaan – pekerjaan yang telah menjadi objek penelitian (responden) dalam karya tulis ini, yaitu pemulung, pengamen, pengemis, dan waria.
Menurut data primer penyebab pekerjaan menjadi pemulung, pengamen, pengemis, dan waria adalah kurangnya skill yang dimiliki, tuntutan ekonomi, ajaran agama yang menuntut mereka untuk mencari pekerjaan yang halal dan akibat kurang memiliki modal. Tetapi, bagi beberapa orang memandang mereka saat bekerja, akan tampak menjadi orang – orang yang tidak mau berusaha dalam mengadu nasib atau dapat dikatakan mereka terlalu menyerah terhadap nasib mereka sendiri. Dari segi data primer, kurang ada hubungan dengan perekonomian Indonesia dan pengaruhnya juga sangat sedikit.
Menurut data sekunder, penyebab banyaknya jumlah pemulung, pengamen, pengemis, dan waria yaitu dikarenakan dari pertumbuhan dan perekonomian yang sering naik turun. Masalah perekonomian ini, berawal dari perekonomian dunia yang kurang seimbang dengan perekonomian Indonesia. Kemudian, masalah tersebut memacu terjadinya inflasi yang tidak terkendali dan berdampak pada harga barang yang semakin lama semakin melambung tinggi. Keadaan itulah yang menyebabkan banyak orang lebih memilih pekerjaan sebagai pemulung, pengamen, pengemis, dan waria. Padahal ada beberapa tokoh yang sudah menerangkan bahwa pekerjaan tersebut termasuk kategori pengangguran. Banyaknya pengangguran di Indonesia, juga meningkatkan kemiskianan di Indonesia. Apabila di pandang berdasarkan data sekunder, banyak hubungan yang berkaitan antara jumlah pemulung, pengamen pengemis, dan waria dengan perekonomian Indonesia.
Setelah diamati data primer dan data sekunder, selanjutnya seluruh keterangan yang ada dianalisis dengan seksama. Pertama dalam karya tulis ilmiah ini menganalisis hubungan perekonomian Indonesia terhadap kemiskinan Indonesia. Kedua, keterkaitan antara pendapatan per hari dari pemulung, pengamen, pengemis, dan waria dengan pendapatan per kapita setiap tahunnya. Ketiga, mencari tahu penyebab – penyebab orang memilih pekerjaan menjadi pemulung, pengamen, pengemis, dan waria dan dampak – dampak dari inflasi yang terjadi akibat naik turunnya perekonomian Indonesia. Dan terakhir menganalisis serta memperhitungkan jumlah pemulung, pengamen, pengemis, dan waria terhadap tingkat pengangguran di Indonesia.
Dari analisis yang telah dilakukan, kita dapat menyimpulkan rumusan masalah karya tulis ilmiah ini, diantaranya yaitu perekonomian dunia yang kurang seimbang dengan perekonomian Indonesia menyebabkan terjadinya inflasi, sehingga banyak menambah angka dari tingkat kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Kemiskinan yang merajalela masyarakat Indonesia semakin menambah pemikiran orang untuk menghalalkan perkerjaan apa pun yang penting tidak menyimpang dari syaria’at agama. Sehingga banyak orang yang memilih pekerjaan sebagai pemulung, pengamen, pengemis, dan waria. Karena selain tidak terlalu membutuhkan modal yang besar, pendidikan (skill) tidak begitu diperlukan. Menjamurnya pekerjaan ini, meningkatkan tingkat pengangguran di Indonesia. Tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran sangat mempengaruhi tingkat perekonomian Indonesia.
Daftar Isi
JUDUL …………………………………………… i
MOTTO ………………………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN ……………………... iii
KATA PENGANTAR ………………………….... iv
ABSTRAKSI …………………………………….. v
DAFTAR ISI ……………………………………... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………… 1
1.2 Tujuan ……………………………………………… 1
1.3 Rumusan Masalah ………………………………… 1
1.4 Batasan ………………………………………… 2
1.5 Metode Penelitian ……………………………… 2
1.6 Hipotesis ………………………………… 5
1.7 Waktu dan Lokasi Penelitian …………………… 5
1.8 Sistematika Penulisan Karya Tulis Ilmiah ……………………… 6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Pengemis, Pengamen, Waria, Kemiskinan
dan Pendaptan perkapita ……………………… 7
2.2 Pengumpulan Data …………………………………… 9
BAB III ANALISIS DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Analisis Data dan Pengolahan Data ……………… 12
3.2 Kesimpulan Pengolahan Data …………………… 16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan dari Karya Tulis Ilmiah …………… 17
4.2 Saran …… …………………………… 18
DAFTAR PUSTAKA…………………………. 20
LAMPIRAN ………………………………… 21
1.1 Latar Belakang
Belakangan ini sering kita melihat masyarakat yang berada dalam garis kemiskinan(pemulung, pengemis, pengamen, dan waria). Namun, banyak orang yang tidak melihat bagaimana kehidupan mereka yang sesungguhnya, bahkan setiap kali orang melihat, terkadang lebih sering berpendapat bahwa mereka orang yang tidak mau untuk lebih berusaha mengadu nasib agar mencapai hidup yang baik. Padahal, kemungkinan itu sangatlah tipis. Mereka bekerja seperti itu bukan tanpa alasan melainkan ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka bekerja seperti itu diantaranya lapangan pekerjaan yang sulit untuk dicari, keterbatasan skill yang mereka miliki dan mereka juga terkena imbas naik turunya perekonomian. Hal ini juga menyebabkan tingkat kemiskinan di Indonesia semakin meningakat.
Orang – orang yang terkena imbas dari perekonomian Indonesia memperbanyak jumlah kemiskinan di Indonesia, mereka lebih memilih pekerjaan yang menurut mereka lebih cocok dengan kemampuan yang mereka miliki contohnya mereka lebih memilih menjadi pemulung , pengamen, pengemis, dan waria.
1.1 Tujuan
1) Mempelajari kehidupan orang-orang yang kurang beruntung agar kita menghargai kehidupan.
2) Menambah pengalaman sosial agar kita lebih peka terhadap lingkungan sekitar.
3) Menghargai berbagai macam pekerjaan yang halal.
4) Lebih kritis terhadap apa yang terjadi pada kehidupan.
1.3 Rumusan Masalah
1) Faktor apa saja yang menyebakan banyaknya masyarakat yang bekerja tak layak di Indonesia semakin meningkat?
2) Apakah ada hubungan pengamen, pemulung, pengemis, dan waria dengan tingkat kemiskinan di Indonesia?
3) Pekerjaan apa saja yang dipilih oleh orang orang yang terkena imbas perekonomian Indonesia?
4) Apakah ada pengaruh pengamen, pemulung, pengemis, dan waria terhadap perkonomian Indonesia?
5) Apakah ada hubungan antara pengamen, pemulung, pengemis, dan waria?
1.4 Batasan
Masyarakat yang bekerja disekitar Pusat Kota Bekasi.
1.5 Metode Penelitian
A. Jenis Data penelitian
Berdasarkan jenisnya data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan atas dua subyek dan dan dokumenter. Data subyek dalam penelitian ini berupa jawaban kuesioner atas pertanyaan yang telah diajukan kepada responden. Sedangkan data dokumenter dalam penelitian ini berupa tabel, grafik, maupun penjelasan secara tertulis dari laporan tahunan pendapatan per kapita, sejarah perekonomian Indonesia, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, dan tingkat perekonomian Indonesia.
B. Metode Penelitian yang digunakan
1. Dalam penelitian ini, kami secara langsung mendatangi tempat responden (pemulung, pengamen, pengemis, dan waria) bekerja. Menurut salah seorang anggota kelompok, ada tempat yang paling sering didatangi responden sebagai lokasi mereka bekerja yaitu, Stasiun Kereta Api Bekasi. Ketika kami mengunjungi lokasi tersebut, ternyata terdapat banyak pemulung, pengamen, pengemis, dan waria disana. Kami meneliti bagaimana cara mereka bekerja dan mendokumentasikannya sebagai lampiran dalam dalam karya tulis ilmiah ini. Untuk mengetahui lebih jauh tentang pemulung, pengamen, pengemis, dan waria, kami mengambil beberapa pemulung, pengamen, pengemis, dan waria yang akan kami jadikan sebagai sample dari responden. Kemudian kami mencari dan meneliti hubungan responden terhadap perekonomian Indonesia sesuai dengan tema karya tulis ilmiah tersebut.
2. Metode penelitian yang kami gunakan adalah metode asosiatif dan metode kualitatif.
Ø Metode asosiatif adalah metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel maupun lebih dari dua variabel. Kami memilih metode asosiatif, karena dalam karya tulis ilmiah ini memiliki lima variabel yaitu, pemulung, pengamen, pengemis, waria, dan perekonomian Indonesia. Kelima varibel itulah yang kami jadikan sebagai bahan penelitian.
Ø Metode kualitatif adalah metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis maupun lisan dari orang – orang dan perilaku yang diamati. Metode ini, kami terapkan dalam wawancara langsung dengan responden (pemulung, pengamen, pengemis, dan waria) yang bertujuan untuk mendapatkan data pengamatan berupa kehidupan sehari – hari, penyebab dalam memilih pekerjaan, dan pendapatan per hari responden. Untuk mempermudah wawancara, kami memilih lokasi yang paling banyak didatangi oleh responden, salah satunya Stasiun Kereta Api Bekasi dan dengan kesepakatan seluruh anggota kelompok, kegiatan wawancara ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 11 Februari 2011, pukul 14.00 WIB. Setelah kami sampai ditempat tujuan, seorang pemulung bernama Joni Kurniawan bersedia menjadi responden penelitian karya tulis ilmiah , kemudian seorang anak SMP yang bernama putrid juga bersedia menjadi responden kami. Menjelang malam, kami bertemu dengan sekelompok waria, ada tiga waria yang bersedia menjadi responden kami, salah satu waria tersebut bernama Maya. Dan terakhir, di depan tempat penjualan tiket Kereta Api, kami menemukan seorang bapak yang telah kehilangan pengelihatannya (tunanetra) yang berprofesi sebagai pengemis. Bapak itu bernama Noer, ia juga bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Setiap responden, kami berikan pertanyaan – pertanyaan yang sama. Setelah wawancara selesai, akhirnya kami mendapatkan data penelitian yang kami harapkan. Data penelitian dari setiap responden, kami buat menjadi sebuah narasi. Data penelitiannya adalah sebagai berikut : Pengamen
Putri adalah seorang pelajar yang berasal dari Bekasi. Saat ini, ia berumur 13 tahun dan berprofesi sebagai pengamen. Putri menggeluti profesinya seorang diri sejak kelas 4 SD. Pendapatannya sehari mencapai Rp 15.000,00 dan ia gunakan untuk biaya sekolah dan meringankan beban orang tuanya. Kadang pendapatan Putri meningkat saat hari libur. Ia biasa melakukan profesinya sepulang sekolah dari jam 3 sore sampai jam 9 malam di sekitar Stasiun Bekasi, Grand Mall, Kranji dan Kayuringin. Anak bungsu dari 3 bersaudara ini, memiliki ayah seorang buruh dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.
· Pengemis ( Tuna Netra)
Pak Noer, seorang tuna netra berusia 40 tahun yang telah ditinggal isterinya dan berasal dari Karawang. Kini ia tinggal di sebuah rumah kontrakan bersama pengemis lainnya di Bekasi. Pak Noer menggeluti proesinya sejak tahun 80an untuk memenuhi kebutuhannya dan 4 orang anaknya di Karawang. Pendapatan Pak Noer Rp 30.000,00 hingga Rp 50.000,00 per hari, bahkan saat hari libur bisa mencapai Rp 70.000,00. Ia menggunakan penghasilannya Rp 10.000,00 dan sisanya Rp 20.000,00 di tabung untuk keluarganya di Karawang. Pak Noer melakukan profesinya mulai dari jam 5 sore sampai jam 7 malam hanya di Stasiun Bekasi. Ia mencari nafkah sendirian dan biasa pulang ke Karawang seminggu sekali.
· Pemulung
Joni Kurniawan adalah seorang pemulung yang berasal dari Serang dan berusia 34 tahun. Ia menggeluti profasinya ini sejak 2 tahun yang lalu dan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan isteri dan seorang anaknya. Joni mengaku, memilih melakukan pekerjaan ini karena cari kerja saati ini susah, dan ia ingin mengerjakan pekerjaan yang halal. Ia biasa memulai profesinya dari jam 10 pagi hingga jam 10 malam , dan mendapatkan penghasilan Rp 15.000,00 sampai Rp 20.000,00 per hari. Menurut Joni, menjadi pemulung bisa mendapatkan uang dengan kerja halal. Tetapi juga siap kehujanan dan kepanasan.
· Waria (Pengamen)
Maya, seorang waria yang berprofesi sebagai pengamen. Ia berusia 38 tahun dan berasal dari Bekasi. Maya menggeluti profesi ini kadang sendirian kadang berkelompok (The Grill) dan dilakukannya sudah sejak 7 tahun yang lalu. Selain bekerja sebagai pengamen waria, ia juga bekerja di sebuah salon. Pendapatannya perhari Rp 50.000,00 dan meningkat saat hari libur seperti hari lebaran. Maya melakukan profesinya dari sore hingga jam 12 malam di Bekasi, Bogor, dan Sukabumi. Ia menyukai pekerjaan ini karena mendapatkan uang dan teman yang banyak. Serta dukanya, yaitu Maya sering di hina orang karena profesi yang digelutinya. Menurutnya, sampai saat ini pun belum ada razia. Maya, mengaku bekerja sebagai waria karena himpitan ekonomi yang terjadi saat ini.
1.6 Hipotesis
1) Lapangan pekerjaan yang sulit untuk dicari, keterbatasan skill yang mereka miliki dan juga terkena imbas naik turunya perekonomian menyebabkan banyaknya masyarakat miskin yang bekerja taklayak.
2) Semakin banyaknya masyarakat miskin yang bekerja tak layak mempengaruhi tingkat perekonomian suatu negara.
3) Pengamen, pemulung, pengemis, dan waria tidak ada hubungan antar pekerjaan mereka.
4) Imbas perekonomian(inflasi) di Indonesia merupakan factor utama penyebab kemiskinan.
1.7 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu : Jum’at, 11 februari 2011
Lokasi Penelitian : Sekitar pusat kota Bekasi
1.8 Sistematika
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Batasan
1.5 Metode yang Digunakan dalam Penelitian
1.6 Hipotesis
1.7 Waktu dan Lokasi Penelitian
1.8 Sistematika Penulisan Karya Tulis Ilmiah
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Pengemis, Pengamen, Waria, Kemiskinan
dan Pendaptan perkapita
2.2 Pengumpulan Data
BAB III ANALISIS DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Analisis Data dan Pengolahan Data
3.2 Kesimpulan Pengolahan Data
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan dari Karya Tulis Ilmiah
4.2 Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2.1 Definisi Pengemis, Pengamen, Waria, Kemiskinan, dan Pendapatan Perkapita
A. Pengemis
Pengemis terbagi menajdi lima pengertian, yaitu :
1. Pengemis Berpengalaman: lahir karena tradisi. Bagi pengemis yang lahir karena tradisi, tindakan mengemis adalah sebuah tindakan kebiasaan. Mereka sulit menghilangkan kebiasaan tersebut karena orientasinya lebih pada masa lalu (motif sebab).
2. Pengemis kontemporer kontinu tertutup: hidup tanpa alternatif. Bagi kelompok pengemis yang hidup tanpa alternatif pekerjaan lain, tindakan mengemis menjadi satu-satunya pilihan yang harus diambil. Mereka secara kontinyu mengemis, tetapi mereka tidak mempunyai kemampuan untuk dapat hidup dengan bekerja yang akan menjamin hidupnya dan mendapatkan uang.
3. Pengemis kontemporer kontinyu terbuka: hidup dengan peluang. Mereka masih memiliki alternatif pilihan, karena memiliki keterampilan lain yang dapat mereka kembangkan untuk menjamin hidupnya. Hanya saja keterampilan tersebut tidak dapat berkembang, karena tidak menggunakan peluang tersebut dengan sebaik-baiknya atau karena kekurangan potensi sumber daya untuk dapat mengembangkan peluang tersebut.
4. Pengemis kontemporer temporer: hidup musiman. Pengemis yang hanya sementara dan bergantung pada kondisi musim tidak dapat diabaikan keberadaannya. Jumlah mereka biasanya meningkat jika menjelang hari raya. Daya dorong daerah asalnya karena musim kemarau atau gagal panen menjadi salah satu pemicu berkembangnya kelompok ini.
5. Pengemis rerencana: berjuang dengan harapan. Pengemis yang hidup berjuang dengan harapan pada hakikatnya adalah pengemis yang sementara (kontemporer). Mereka mengemis sebagai sebuah batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan lain setelah waktu dan situasinya dipandang cukup. Dari hasil penelitian di atas, kita ketahui bahwa mengemis merupakan pilihan yang tidak semata-mata disebabkan oleh keterhimpitan ekonomi (kemiskinan) atau keterbatasan fisik (ketuaan/cacat tubuh)—dua hal yang sering dijadikan alasan tindakan mengemis—yang kedua-duanya menyebabkan hilangnya kesempatan kerja, akan tetapi juga disebabkan faktor lain, seperti faktor tradisi suatu masyarakat yang menjadikan mengemis sebagai profesi; kekurangan potensi sumber daya untuk dapat mengembangkan peluang; dan kondisi musiman, sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Namun demikian, penelitian tersebut ternyata tidak memperhitungkan faktor individu sebagai makhluk yang memegang nilai-nilai hidup, dengan kata lain, hasil penelitian tersebut hanya dirumuskan berdasarkan penemuan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi individu, padahal faktor yang paling mendasar sebagai sebab individu memilih untuk mengemis atau tidak mengemis adalah nilai-nilai yang dihayati individu. Boleh saja stimulus-stimulus eksternal mendorong individu untuk melakukan sesuatu, akan tetapi kalau ia memegang kuat nilai-nilai yang berlawanan dengan dorongan stimulus tersebut apa individu akan megikuti dorongan stimulus? Hidup kita, pilihan-pilihan kita dan keputusan untuk berbuat atau tidak berbuat, sesungguhnya sadar atau tidak sadar telah melalui pertimbangan nilai-nilai yang kita hayati.
B. Pengamen
Pengamen atau sering disebut pula sebagai penyanyi jalanan sementara musik-musik yang dimainkan umumnya disebut sebagai Musik Jalanan. Pengertian antara musik jalanan dengan penyanyi jalanan secara terminologi tidaklah sederhana, karena musik jalanan dan penyanyi jalanan masing-masing mempunyai disiplin dan pengertian yang spesifik bahkan dapat dikatakan suatu bentuk dari sebuah warna musik yang berkembang di dunia kesenian. Perkembangan pengamen telah ada sejak abad pertengahan terutama di Eropa bahkan di kota lama London terdapat jalan bersejarah bagi pengamen yang berada di Islington, London, pada saat itu musik di Eropa berkembang sejalan dengan penyebaran musik keagamaan yang kemudian dalam perkembangannya beberapa pengamen merupakan sebagai salah-satu landasan kebudayaan yang berpengaruh dalam kehidupan umat manusia.
C. Waria
Waria berasal dari kata wanita pria (shemale) karena pria tapi seperti wanita, merasa jiwa yang berada dalam tubuhnya adalah wanita, bahkan keseluruhan apa yang ada ditempatkan selayaknya seorang wanita. Berdandan, berpikir, perasaan, dan perilaku layaknya perempuan, yang membedakan adalah jenis alat kelamin yang dimiliki.
D. Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
E. Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan PDB per kapita. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan perkapitanya, semakin makmur negara tersebut. 2.2 Pengumpulan Data
A. Sumber Data Penelitan
Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, dibedakan atas data primer dan data sekunder.
a. Data Primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer dalam penelitian ini berupa pertanyaan – pertanyaan yang kami berikan kepada responden ketika wawancara dan jawaban – jawaban yang diberikan oleh responden atas pertanyaan – pertanyaan yang kami ajukan. Hasil wawancara tersebut, kami gunakan sebagai data penelitian untuk menganalisis masakah yang akan diteliti.
b. Data Sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder ini berhubungan dengan variabel dependen (perekonomian Indonesia) terkait dengan sejarah perekonomian Indonesia, pendapatan per kapita setiap tahunnya, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, tingkat pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Indonesia yang diperoleh dari situs internet dan buku – buku yang berhubungan dengan tema karya tulis ilmiah kami.
B. Cara Pengumpulan Data
Data penelitian yang kami dapatkan dan gunakan dalam penelitian ini, diperoleh berdasarkan cara pengumpulan datanya, diantaranya sebagai berikut :
· Keputusan dari seluruh rapat yang telah dilaksanakan dan dihadiri oleh seluruh anggota karya tulis ilmiah.
· Menggunakan Metode Penelitian Asosiatif dan Metode Penelitian Kualitatif sebagai acuan maupun pedoman dalam melaksanakan penelitian.
· Melakukan survey ke lokasi penelitian, seperti mendatangi tempat – tempat (contohnya dalam karya tulis ilmiah ini adalah Stasiun Kereta Api Bekasi) dimana responden biasa bekerja dan meneliti bagaimana cara responden mencari penghasilannya.
· Mengadakan kegiatan wawancara terhadap responden dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang berhubungan kehidupan sehari – hari, penyebab memilih pekerjaan yang sedang dilakoni oleh responden, dan pendapatan yang biasa dihasilkan responden per harinya.
· Mencari data di situs internet dan buku – buku yang berkaitan dengan tema karya tulis ilmiah. Data yang diperoleh bisa berupa tabel, grafik, maupun penjelasan secara tertulis tentang pendapatan per kapita, sejarah perekonomian Indonesia, tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, tingkat pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Indonesia.
3.1 Analisis Data dan Pengolahan Data
Data penelitian diperoleh dari hasil wawancara secara langsung terhadap responden, antara lain pemulung, pengamen, pengemis, dan waria. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar rakyat Indonesia masih berada di bawah garis kemiskinan. Rata – rata, penyebab dari kemiskinan itu sendiri adalah :
I. Banyaknya penduduk yang berada di sekitar garis kemiskinan yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan.
II. Indikator kemiskinan yang digunakan hanya didasarkan atas pendapatan sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya, dimana banyak orang yang tidak tergolong miskin dari segi pendapatan, tapi tetap saja miskin karena kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya indikator-indikator pembangunan manusia.
III. Perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia karena luas dan beragamnya wilayah Indonesia.
Pertama – tama kelompok kami meneliti tentang hubungan antara banyaknya pemulung, pengamen, pengemis,dan waria terhadap perekonomian Indonesia. Melalui penelitian dari hasil wawancara, berita di sejumlah Koran dan situs internet, serta buku – buku yang langsung berhubungan dengan masalah ini, ternyata secara tidak langsung hubungannya sangat besar dan semuanya selalu berkaitan satu dengan yang lain. Namun, para peneliti kurang memperhatikan hal ini disebabkan karena mereka telah disibukkan dengan masalah perkembangan perekonomian dunia, masalah ekspor – impor yang akan menambah devisa negara, dan pasar keuangan domestik Indonesia.
Kelompok Karya Tulis Ilmiah kami, akan menjelaskan hubungan antara banyaknya pemulung, pengamen, pengemis, dan waria terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini bermula dari pertumbuhan dan perkembangan perekonomian dunia yang menyebabkan krisis financial global yang naik turun. Apabila pasar keuangan domestik Indonesia tidak bisa mengimbangi krisis financial gobal, maka ada dua kemungkinan yang pasti terjadi, inflasi ataukah deflasi.
Ketika Indonesia mengalami deflasi, pemerintah harus segera mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat sebelum mereka memiliki pola pikir yang konsumtif. Tetapi, yang lebih sering terjadi justru kenaikan harga barang secara terus – menerus dan bersifat umum, sebut saja ketika hal itu terjadi Indonesia sedang mengalami inflasi. Pada tingkat inflasi yang berada di bawah 10 persen mencerminkan kondisi ekonomi yang sehat.
Lalu, bagaimana jika Indonesia mengalami inflasi lebih dari 10 persen ?. Inflasi tinggi berdampak langsung terhadap masyarakat berpendapatan tetap melalui penurunan daya beli dan permintaan. Hal ini kemudian berdampak pada sektor usaha melalui penurunan penjualan dan pendapatan yang akhirnya mengurangi keuntungan bersih perusahaan. Sangat sulit mengharapkan pengusaha menaikkan gaji karyawannya. Bahkan banyak pengusaha yang lebih memilih untuk mengadakan program PHK dengan tujuan untuk menekan kerugian kas keuangan perusahaan dari inflasi tersebut. Tidak ada pilihan lain, inflasi tinggi akan secara langsung berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin dan juga memperparah kondisi kemiskinan penduduk yang memang sudah miskin.
Kecenderungan inflasi tinggi yang tidak terkendali akan menggiring jutaan orang ke dalam kondisi kemiskinan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa setiap 1 persen kenaikan inflasi akan menaikkan tingkat kemiskinan sebesar 0,5 persen. Mungkin beberapa dari mereka yang terkena imbas inflasi dengan cara diPHK, akan langsung merubah pola pikir mereka untuk menjadi seorang wirausahawan. Tetapi, orang cukup jarang melakukan hal tersebut karena ketika inflasi terjadi, mereka harus memiliki modal yang cukup besar. Untuk mencari pekerjaan kembali, mereka selalu terhambat dengan faktor umur dan pendidikan. Perusahaan yang kian semakin maju, memberikan persyaratan yang dapat dibilang sulit untuk dipenuhi.
Keputus asaan pun yang akhirnya membawa mereka menjadi pengamen, pengemis dan waria. Persaingan untuk mendapat belas kasihan menjadi semakin tajam. Mereka harus benar – benar bisa menyayat hati orang yang melihatnya dulu, barulah mereka bisa menghasilkan uang. Sedangkan untuk mereka yang menjadi pemulung, harus rela dihina dan dipandang dengan pendapat – pendapat negatif dari orang – orang yang melihatnya. Anak – anak mereka pun ikut andil dalam persaingan ini. Anak –anak yang tidak tega meihat orang tuanya bekerja seperti itu dan turut merasakan imbas dari kepincangan tingkat ekonomi yang selalu tak menentu, mengubah jati dirinya untuk mau bernyanyi, memainkan musik, dan seraya menadahkan tangannya hanya untuk membantu pekerjaan orang tua mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari. Sering sekali anak – anak itu tersadar, ketika mentari menyapa bumi seharusnya mereka bersiap untuk berangkat sekolah, tapi itu mereka kubur dan menganggap itu hanyalah kenangan indah di masa lalu. Ada juga anak – anak yang masih bisa mengecap bangku pendidikan. Namun tetap saja, seusai pulang sekolah ia harus mengadu nasib bersama teman – teman seperjuangannya.
Menjamurnya pekerjaan sebagai pemulung, pengamen, pengemis, dan waria di Indonesia, meningkatkan pula tingkat pengangguran di Indonesia. Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Menurunnya GNP dan pendapatan per kapita bangsa Indonesia menyebabkan perhitungan untuk tingkat perekonomian Negara menjadi sangat rendah. Hal ini, juga akan penunjukkan pertumbuhan perekonomian Indonesia menurun dan sangat membuktikan bahwa Indonesia belum siap memasuki lebih jauh pasar Internasional atau belum siap untuk turut serta dalam lalu lintas perdagangan Internasional.
Penjelasan di atas telah mewakili sejumlah pendapat – pendapat Pakar Ekonom yang selalu setia dalam mencari jalan keluar bagi perekonomian Indonesia. Dengan demikian sangat terlihat jelas sekali bahwa banyaknya jumlah pemulung, pengamen, pengemis, dan waria di Indonesia memiliki hubungan yang erat terhadap perekonomian Indonesia, terutama dalam hal tingkat pengangguran yang senantiasa berdampingan dengan tingkat kemiskinan. Kedua faktor pemasalahan tersebut yang selalu menjadi acuan setiap negara dalam menentukan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian negaranya.
Dari Hasil pengamatan dan penjelasan tentang hubungan pemulung, pengamen, pengemis, dan waria terhadap perekonomian Indonesia, kita bisa mempelajari dan meneliti lebih lanjut tentang pengaruh – pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia.
Dari segi keputusan, kebijakkan, serta usaha – usaha Pemerintah Indonesia untuk perekonomian Indonesia, banyak sekali terjadi perubahan. Diantaranya sebagai berikut :
1. Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin.
2. mengandalkan pembangunan infrastruktur massal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi.
3. merevisi undang-undang ketenagakerjaan.
4. Indonesia melunasi seluruh sisa utang pada IMF sebesar 3,2 miliar dolar AS.
5. Pembentukan TKPK sebagai salah satu program dari Peraturan Presiden No 15/2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
6. meningkatkan kemampuan fisik dan mental orang miskin melalui perbaikan akses kepelayanan kesehatan.
7. Pendidikan dan pelatihan dasar untuk meningkatkan kemampuan masyarakat miskin sehingga menghasilkan nilai tambah.
8. Pengeluaran Bantuan Dana BOS untuk pendidikan wajib 9 tahun.
Dari segi tingkat pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Indonesia, jumlah pemulung, pengamen, pengemis, dan waria harus berlawanan terhadap tingkat pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Indonesia itu sendiri. Alhasil, apabila jumlah dari pemulung, pengamen, pengemis, dan waria meningkat, maka perekonomian Indonesia mengalami penurunan atau tingkat pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Indonesia sangat rendah (terjadi krisis financial). Dan sebaliknya, ketika jumlah dari pemulung, pengamen, pengemis, dan waria menurun, maka perekonomian Indonesia mengalami peningkatan yang bagus atau tingkat pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Indonesia sangat tinggi (tidak terjadi krisis financial).
3.2 Kesimpulan Pengolahan Data
Dari pengolahan data di atas, dapat kita simpulkan bahwa hubungan antara jumlah pemulung, pengamen, pengemis, dan waria terhadap perekonomian Indonesia sangat erat. Baik berdasarkan penelitian dengan faktor tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan, dan tingkat pendapatan per kapita di Indonesia, yang semuanya itu akan menentukan naik dan turunnya perekonomian Indonesia.
Jumlah pemulung, pengamen, pengemis, dan waria, juga mempengaruhi keputusan, kebijakkan, dan usaha pemerintah Indonesia terhadap pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Indonesia. Pengaruh yang sangat mencolok yaitu apabila jumlah pemulung, pengamen, pengemis, dan waria bertambah, maka perekonomian Indonesia mengalami penurunan. Tetapi, jika jumlah pemulung, pengamen, pengemis, dan waria berkurang, maka perekonomian Indonesia mengalami peningkatan .
Itulah sedikit pejelasan dari analisis dan pengolahan data yang dilakukan kelompok karya tulis ilmiah kami terhadap jumlah pemulung, pengamen, pengemis, dan waria dengan perekonomian yang ada di Indonesia.
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari penelitian kami mengenai kemiskinan secara garis besar di berbagai kota kecil maupun kota besar dapat dikemukakan bahwa faktor penyebab kemiskinan terus-menerus meningkat dikarenakan (i) banyaknya penduduk yang berada di sekitar garis kemiskinan tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan salah satunya disebabkan oleh inflasi di dunia yang sering berubah dari waktu ke waktu dan (ii) indikator kemiskinan yang di gunakan hanya di dasarkan atas pendapatan sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya, dimana banyak orang yang tidak tergolong miskin dari segi pendapatan, tapi tetap saja miskin karena kurangnya akses terhadap pelayanan dasar serta indikator-indikator pembangunan manusia. Faktor ini secara signifikan berpengaruh terhadap meningkatnya garis kemiskinan. Yang dapat menyebabkan terhambatnya laju perekonomian untuk menjadi suatu Negara yang maju dan sukses.
Selain menyoroti rakyat miskin, penelitian kami juga mengungkapkan kondisi ekonomi di Indonesia yang berpengaruh besar bagi meningkatnya rakyat miskin di Indonesia yang disebabkan oleh berbagai hal yaitu pemerintah belum mampu berpikir positif dan tampung semua kritik atau aspirasi rakyatnya dengan baik. Pemerintah selalu memberikan janji-janji kepada rakyatnya,tentunya semua yang sudah disampaikan harus dijalaninya sesuai dengan data dan fakta,dan pemerintah dengan bantuan hukum belum mampu menindak tegas semua aparat yang telah melakukan kesalahan besar yang sangat merugikan rakyatnya, seperti korupsi,kolusi,dan nepotisme. Sehingga berbagai kelompok responden pun teru saja meningkat,di karenakan acuh tak acuhnya pemerintah terhadap mereka. Dalam hal ini pemerintah sangat berperan penting dalam menguranginya rakyat miskin.
Pengentasan kemiskinan di kota kecil maupun kota besar dapat dilakukan melalui berbagai hal yang dapat dilakukan seperti: pemerintah menyediakan kebutuhan barang publik seperti barang atau jasa merupakan sesuatu yang harus disiapkan oleh pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan kepada rakyat yang kurang mampu atau kalangan bawah agar terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut dan dapat berpengaruh pada tingkat perekonomian suatu Negara,pemerintah dalam menentukan kebijakannya tidak usah menghiraukan tindakan kelompok-penekan yang menghasilkan suatu hukum dan kebijakan yang mendukung kalangan bisnis serta melindungi konsumen, pekerja dan lingkungan yang sudah mampu dalam ekonomi,yang dapat merugikan dan tidak memperhatikan masyarakat kalangan bawah,dan pemerintah harus lebih sering memperhatikan kebijakannya dalam pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah menyangkut infrastruktur, ketenagakerjaan dan ketransmigrasaian. Yang sangat berpengaruh dalam mengurangi kemiskinan seperti pengemis,pengamen,pemulung dan waria.
4.2 Saran
A. Saran untuk Pemerintah
Pemerintah sangat berpegaruh besar dalam perkembangan ekonomi di Indonesia . Beberapa peran pemerintah dalam perekonomian adalah pemerintah membantu perkembangan bisnis secara umum, mendorong persaingan usaha yang sehat, membantu kelompok ekonomi lemah, dan sebagai stabilizer. Oleh karena itu perkembangan dan kemajuan pembangunan suatu Negara tergantung kepada peranan pemerintah dalam mengatur negaranya termasuk di dalamnya adalah perekonomian. Saran kelompok kami :
1. Pemerintah menyediakan kebutuhan barang publik seperti barang atau jasa merupakan sesuatu yang harus disiapkan oleh pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan kepada rakyat yang kurang mampu atau kalangan bawah. Agar terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut dan dapat berpengaruh pada tingkat perekonomian suatu Negara.
2. Pemerintah dalam menentukan kebijakannya tidak usah menghiraukan tindakan kelompok-penekan yang menghasilkan suatu hukum dan kebijakan yang mendukung kalangan bisnis serta melindungi konsumen, pekerja dan lingkungan yang sudah mampu dalam ekonomi. Yang dapat merugikan dan tidak memperhatikan masyarakat kalangan bawah.
3. Pemerintah harus lebih sering memperhatikan kebijakannya dalam pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah menyangkut infrastruktur, ketenagakerjaan dan ketransmigrasaian. Yang sangat berpengaruh dalam mengurangi kemiskinan seperti pengemis,pengamen,pemulung dan waria.
B. Saran untuk Pemulung,Pengamen,Pengemis,Waria (P3W)
Kemajuan suatu bangsa harus dimulai dari kesadaran dan pola pikir pribadi manusia yang memiliki keinginan untuk maju atau sukses di masa depan. Rakyat miskin pun pasti ingin maju atau sukses juga dalam meniti hidupnya. Hanya saja di Indonesia banyak sekali hambatan, seperti yang terlihat di berbagai kota-kota kecil maupun besar banyak sekali rakyat miskin berjuang mencari uang demi menjalani kehidupan diantaranya pemulung, pengamen, pengemis, waria. Berbagai pertanyaan bermunculan di benak kita masing-masing salah satunya bagaiman latar belakang keluarga mereka mengenai pendidikan, agama, dan pergaulan,atau kinerja pemerintah kita terhadap berbagai akses untuk mereka,apakah hanya pemerintah yang mempunyai andil besar dalam masalah ini? Salah satunya tanamkanlah pola piker yang positif untuk terus maju dan sukses.Dan kita yakin rakyat miskin pun,mereka memiliki semangat juang hidup yang sangat besar untuk maju. Saran kelompok kami untuk rakyat miskin:
1. Taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
2. Selalu berpikir positif dalam hidup untuk menuju kesuksesan. Ikuti apa kata hati nurani masing-masing pribadi dalam hal kebaikan.
3. Usaha untuk giat dan rajin dalam mencari uang yang halal,jangan mudah putus asa dalam menghadapi berbagai cobaan.
4. Percaya diri bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan.
5. Jangan mudah sekali berpangku tangan kepada pemerintah. Terlalu banyak menuntut dalam hal memenuhi kehidupan dan di tidak mau dituntut untuk usaha yang lebih giat lagi.
Daftar Pustaka
Somad, Adi Abdul, dkk. 2008. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia 2. Jakarta Pusat: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Sudremi, Yuliana. 2007. Pengetahuan Sosial Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara
A. Dialog Wawancara
1) PENGAMEN
Kami : siapa nama anda?
Pengamen : Putri
Kami : berapa umur anda?
Pengamen : 13 tahun
Kami : anda berasal dari mana?
Pengamen : dari Bekasi
Kami : sejak kapan anda berprofesi seperti ini?
Pengamen : sejak kelas 4 SD
Kami : untuk apa anda melakukan profesi ini?
Pengamen : untuk membantu orang tua dan untuk biaya sekolah
Kami : berapa pendapatan anda perhari?
Pengamen : Rp 15.000,00
Kami : kapan pendapatan anda meningkat?
Pengamen : saat hari-hari libur
Kami : anda melakukan profesi ini berkelompok atau sendirian?
Pengamen : sendirian
Kami : kapan saja anda melakukan profesi ini?
Pengamen : setiap hari sepulang sekolah dari jam 3 sore sampai 9 malam
Kami : di mana saja anda melakukan profesi ini?
Pengamen : Di stasiun Bekasi, Grand Mall, Kranji, dan Kayu Ringin
Kami : berapa anggota keluarga anda?
Pengamen : 5 orang, saya anak bungsu dari 3 bersaudara
Kami : apa pekerjaan orang tua anda?
Pengamen : ayah saya buruh, ibu saya ibu rumah tangga
2) PENGEMIS (TUNA NETRA)
Kami : siapa nama anda?
Pengemis : Pak Noer
Kami : berapa umur anda?
Pengemis : 40 tahun
Kami : anda berasal dari mana?
Pengemis : dari Karawang
Kami : di mana anda tinggal saat ini?
Pengemis : di Bekasi, saya ngontrak bersama pengemis lainnya
Kami : sejak kapan anda berprofesi seperti ini?
Pengemis : sejak tahun 80an
Kami : untuk apa anda berprofesi seperti ini?
Pengemis : untuk memenuhi kebutuhan saya di sini dan keluarga saya di Karawang
Kami : berapa pendapatan anda perhari?
Pengemis : Rp 30.000,00 – Rp 50.000,00
Kami : kapan pendapatan anda meningkat?
Pengemis : saat hari libur, bisa sampai Rp 70.000,00
Kami : bagaima anda membagi pendapatan anda?
Pengemis : untuk kebutuhan saya Rp 10.000,00 dan Rp 20.000,00 di tabung untuk keluarga saya di Karawang
Kami : apakah anda pulang ke Karawang?
Pengemis : tentu, saya pulang seminggu sekali
Kami : kapan saja anda melakukan profesi ini?
Pengemis : saya mulai dari jam 5 sore sampai 7 malam
Kami : di mana saja anda melakukan profesi ini?
Pengemis : hanya di satasiun Bekasi
Kami : berapa anggota keluarga anda?
Pengemis : 6 orang, tapi isteri saya sudah meninggal
Kami : siapa saja yang mencari nafkah untuk keluarga anda?
Pengemis : hanya saya sendiri
Kami : apakah sering ada razia?
Pengemis : tidak ada
3) PEMULUNG
Kami : siapa nama anda?
Pemulung : Joni Kurniawan
Kami : berapa umur anda?
Pemulung : 34 tahun
Kami : anda berasal dari mana?
Pemulung : dari Serang
Kami : sejak kapan anda berprofesi seperti ini?
Pemulung : sejak 2 tahun yang lalu
Kami : untuk apa anda berprofesi seperti ini?
Pemulung : untuk memenuhi kebutuhan keluarga
Kami : mengapa anda memilih profesi ini?
Pemulung : karena sekarang cari kerja susah, butuh lamaran yang ribet juga. Dari pada kerja yang engga baik, mending saya melakukan pekerjaan yang halal seperti ini
Kami : berapa pendapatan anda perhari?
Pemulung : Rp 15.000,00 sampai Rp.20.000,00
Kami : kapan saja anda melakukan profesi ini?
Pemulung : saya mulai dari jam 10 pagi sampai 7 malam
Kami : berapa anggota keluarga anda?
Pemulung : 3 orang, saya sudah menikah
Kami : apa suka duka melakukan profesi ini?
Pemulung : sukanya, dapat uang dan dari hasil barang rongsokan yang banyak dukanya, kehujanan dan kepanasan
4) WARIA
Kami : siapa nama anda?
Waria : maya
Kami : berapa umur anda?
Waria : 38 tahun
Kami : anda berasal dari mana?
Waria : dari Bekasi, Indonesia
Kami : sejak kapan anda berprofesi seperti ini?
Waria : sejak 7 tahun yang lalu
Kami : berapa pendapatan anda perhari?
Waria : Rp 50.000,00
Kami : anda berprofesi seperti ini sendirian atau berkelompok?
Waria : kadang sendiri, kadang berkelompok. Nama kelompoknya The Grill
Kami : kapan pendapatan anda meningkat?
Waria : saat hari libur, seperti hari lebaran
Kami : kapan anda melakukan profesi ini?
Waria : dari sore sampai jam 12 malam
Kami : apa aktivitas anda yang lain?
Waria : saya kerja di salon
Kami : di mana saja anda melakukan profesi ini?
Waria : Bekasi, Bogor, Sukabumi
Kami : apakah sering ada razia?
Waria : tidak ada
Kami : apa suka duka melakukan profesi ini?
Waria : sukanya, dapat uang dan punya banyak teman Dukanya, sering di hina orang.
